Minggu, 24 Agustus 2014

Penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap perubahan berat badan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar (A-003)

BAB I

 
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran sekitar 5.000.000 /tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti. (Manuaba I.B.G, 1998, hal 437).
1
 
Visi keluarga berkualitas 2015 yaitu untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga merupakan titik sentral pembangunan. Oleh karena itu, harus dipenuhi kebutuhan pokoknya serta menjamin kesehatan jasmani, rohani dan sosialnya. Kemudian keluarga dikembangkan kemampuan dan pengetahuannya agar memiliki wawasan ke depan. Peduli dan kreatif sehingga berperilaku tidak tergantung pada orang lain. (Saifuddin, 2003).
Program keluarga berencana mengalami perkembangan pesat baik ditinjau dari sudut tujuan ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran (Wiknjosastro H, 1999, hal.901).
Jumlah penduduk  Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan  yang cukup signifikan. Berdasarkan  data hasil sensus penduduk  tahun 2000 mengatakan bahwa secara keseluruhan  penduduk Indonesia berjumlah  282 juta jiwa yang meningkat 3 kali lipat dari jumlah penduduk pada tahun 1961 (http://www.google.com.id, diakses 3 Mei 2006 ).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat pelaporan dan Statistik Nasional  melaporkan  bahwa jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2004 secara Nasional  tercatat sebanyak 38.783.315 pasangan. Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama dengan jumlah PUS sebanyak 7.183.362 pasangan, disusul Provinsi jawa Timur dengan sebanyak 7.178.007 pasangan. Sedangkan Provinsi Irian Jaya Barat menempati posisi terahkir dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak  93.747 pasangan (Rek.prop/R/I/KS/2005, diakses 3 Mei 2006).
Berdasarkan hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 menunjukkan bahwa jumlah penduduk provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 7.379.370 jiwa sementara jumlah peserta KB baru presentase kumulatif permix alat kontrasepsi untuk tahun 2005 sebanyak 132.435 (91,52%) terhadap perkiraan minat peserta KB baru sebanyak 144.702 atau rata-rata tiap bulannya diperoleh peserta KB baru sejumlah 11.036. Jika dilihat persentase pencapaian permix kontrasepsi tertinggi adalah pemakai alat kontasepsi suntikan sebanyak 69.862 (52,75%), kemudian disusul pemakai pil sejumlah 47.804 (36,09%) terhadap keseluruhan pencapaian peserta KB baru sebanyak 132.435 jika dibandingkan dengan pencapaian peserta KB baru tahun 2004 dengan tahun 2005 maka terjadi kenaikan sejumlah 37.743 (39,86%). (Data BKKBN Provinsi SulSel 2005).
Sementara data yang diperoleh dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi Selatan sampai bulan Juli 2005 mengatakan bahwa jumlah dan presentase kumulatif permix alat kontrasepsi adalah alat kontrasepsi pil 209.186 (42,20%), suntik 206.887 (41,73%), implan 43.371 (8,75%), IUD 6.179 (5,23%), MOW 4.873 (0,97%) dan MOP 731 (0,13%). Untuk tahun 2005 persentase terbesar pengguna alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh pasangan usia subur adalah alat kontrasepsi hormonal yaitu berturut-turut pil kemudian suntik dan menyusul implan.
Walaupun tingkat kelahiran dapat ditekan dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk, namun tidak dapat dihindari timbulnya dampak lain akibat penggunaan alat kontrasepsi khususnya penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan berbagai efek samping, salah satunya adalah perubahan berat badan (Hartanto H, 2004, hal.140, 171).
Hubungan antara kontrasepsi hormonal dengan bertambahnya berat badan adalah jelas terbukti pada suatu penelitian. Hal ini jelas merupakan masalah persepsi. Sebagian besar wanita mengalami peningkatan berat badan seiring meningkatnya usia mereka. Keadaan tersebut akan diperberat apabila seorang wanita mengkonsumsi kontrasepsi hormonal baik itu kontrasepsi oral ataupun tidak. (Speroff L dan Darney P, 2003, hal.93). Selain itu juga disebabkan oleh retensi cairan, nafsu makan yang bertambah, kurang berolahraga dan juga hormon (Hartanto H, 2004, hal.140).
Berat badan yang bertambah umumnya tidak terlalu besar, hal ini bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama (Hartanto H, hal.171).
Sesuai dengan pengamatan peneliti di masyarakat dari semua kontrasepsi yang ada, baik metode hormonal maupun non hormonal, yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah metode kontrasepsi hormonal dan dari beberapa pemakaian kontrasepsi hormonal mengalami perubahan berat badan (Cunningham F.G, Donal M, Gant, 1995).

Sehubungan dengan hal diatas maka penulis tertarik untuk meneliti penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap perubahan berat badan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.

Untuk mendapatkan artikel/KTI lengkap kami silahkan lihat/klik di FORMULIR PEMESANAN

Tidak ada komentar: