BAB I
|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
|
Visi keluarga berkualitas 2015 yaitu untuk
mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak
yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga merupakan titik sentral pembangunan. Oleh
karena itu, harus dipenuhi kebutuhan pokoknya serta menjamin kesehatan jasmani,
rohani dan sosialnya. Kemudian keluarga dikembangkan kemampuan dan
pengetahuannya agar memiliki wawasan ke depan. Peduli dan kreatif sehingga
berperilaku tidak tergantung pada orang lain. (Saifuddin, 2003).
Program keluarga berencana mengalami
perkembangan pesat baik ditinjau dari sudut tujuan ruang lingkup geografi,
pendekatan, cara operasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran (Wiknjosastro
H, 1999, hal.901).
Jumlah
penduduk Indonesia setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang cukup signifikan.
Berdasarkan data hasil sensus
penduduk tahun 2000 mengatakan bahwa
secara keseluruhan penduduk Indonesia
berjumlah 282 juta jiwa yang meningkat 3
kali lipat dari jumlah penduduk pada tahun 1961 (http://www.google.com.id, diakses 3 Mei
2006 ).
Berdasarkan
data yang diperoleh dari Direktorat pelaporan dan Statistik Nasional melaporkan
bahwa jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2004 secara Nasional tercatat sebanyak 38.783.315 pasangan. Provinsi
Jawa Barat menempati urutan pertama dengan jumlah PUS sebanyak 7.183.362
pasangan, disusul Provinsi jawa Timur dengan sebanyak 7.178.007 pasangan.
Sedangkan Provinsi Irian Jaya Barat menempati posisi terahkir dengan jumlah
pasangan usia subur (PUS) sebanyak
93.747 pasangan (Rek.prop/R/I/KS/2005, diakses 3 Mei 2006).
Berdasarkan hasil Survei Sosial dan
Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 menunjukkan bahwa jumlah penduduk provinsi
Sulawesi Selatan sebanyak 7.379.370 jiwa sementara jumlah peserta KB baru
presentase kumulatif permix alat kontrasepsi untuk tahun 2005 sebanyak 132.435 (91,52%)
terhadap perkiraan minat peserta KB baru sebanyak 144.702 atau rata-rata tiap
bulannya diperoleh peserta KB baru sejumlah 11.036. Jika dilihat persentase
pencapaian permix kontrasepsi tertinggi adalah pemakai alat kontasepsi suntikan
sebanyak 69.862 (52,75%), kemudian disusul pemakai pil sejumlah 47.804 (36,09%)
terhadap keseluruhan pencapaian peserta KB baru sebanyak 132.435 jika
dibandingkan dengan pencapaian peserta KB baru tahun 2004 dengan tahun 2005
maka terjadi kenaikan sejumlah 37.743 (39,86%). (Data BKKBN Provinsi SulSel
2005).
Sementara data yang diperoleh dari
dinas kesehatan provinsi Sulawesi Selatan sampai bulan Juli 2005 mengatakan
bahwa jumlah dan presentase kumulatif permix alat kontrasepsi adalah alat
kontrasepsi pil 209.186 (42,20%), suntik 206.887 (41,73%), implan 43.371 (8,75%),
IUD 6.179 (5,23%), MOW 4.873 (0,97%) dan MOP 731 (0,13%). Untuk tahun 2005
persentase terbesar pengguna alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh pasangan
usia subur adalah alat kontrasepsi hormonal yaitu berturut-turut pil kemudian suntik
dan menyusul implan.
Walaupun tingkat kelahiran dapat
ditekan dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk, namun tidak dapat dihindari
timbulnya dampak lain akibat penggunaan alat kontrasepsi khususnya penggunaan
alat kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
berbagai efek samping, salah satunya adalah perubahan berat badan (Hartanto H, 2004,
hal.140, 171).
Hubungan antara kontrasepsi hormonal
dengan bertambahnya berat badan adalah jelas terbukti pada suatu penelitian.
Hal ini jelas merupakan masalah persepsi. Sebagian besar wanita mengalami
peningkatan berat badan seiring meningkatnya usia mereka. Keadaan tersebut akan
diperberat apabila seorang wanita mengkonsumsi kontrasepsi hormonal baik itu
kontrasepsi oral ataupun tidak. (Speroff L dan Darney P, 2003, hal.93). Selain
itu juga disebabkan oleh retensi cairan, nafsu makan yang bertambah, kurang
berolahraga dan juga hormon (Hartanto H, 2004, hal.140).
Berat badan yang bertambah umumnya
tidak terlalu besar, hal ini bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg
dalam tahun pertama (Hartanto H, hal.171).
Sesuai dengan pengamatan peneliti di
masyarakat dari semua kontrasepsi yang ada, baik metode hormonal maupun non
hormonal, yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah metode
kontrasepsi hormonal dan dari beberapa pemakaian kontrasepsi hormonal mengalami
perubahan berat badan (Cunningham F.G, Donal M, Gant, 1995).
Sehubungan dengan hal diatas maka
penulis tertarik untuk meneliti penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap
perubahan berat badan di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.
Untuk mendapatkan artikel/KTI lengkap kami silahkan lihat/klik di FORMULIR PEMESANAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar