|
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
merupakan salah satu faktor utama terhadap perinatal dan neonatal. Karena bayi
tersebut mudah mengalami gangguan pernapasan, suhu badan rendah sering sesak
napas, kejang dan infeksi, sehingga kalau tidak segera ditolong menyebabkan
kematian. Banyak BBLR di negara berkembang dengan Intra Uterine Growth Retardation sebagai akibat ibu dengan status
gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakti menular seksual (PMS)
sebelum konsepsi atau ketika hamil (http://www.depkes.go.id/indeks.php.option,
diakses 1 April 2006 ).
Kejadian
berat badan lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6-10,8%, dinegara
berkembang antara 10-43% dengan rasio antara negara maju dengan negara
berkembang antara 1:4 (Mochtar R, 1998, hal.449).
Di tingkat ASEAN,
angka kematian bayi di Indonesia tahun 2004 adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup
yaitu hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan angka kematian bayi Malaysia
hampir 2 kali dibandingkan dengan Thailand dan 1.3 kali dibandingkan dengan
Philipina (Depkes RI, Hak-Hak Indonesia Belum Terpenuhi, 2004, diakses 1 April
2006).
Menurut
Survey Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2003-2004, pada skala nasional juga masih
terjadi kesenjangan kematian bayi antara propinsi dengan variasi sangat besar
yaitu Propinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 103 per 1.000 kelahiran hidup
(tertinggi) dan propinsi D.I. Yogyakarta mencapai 23 per 1.000 kelahiran hidup
(terendah) sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi pada bayi umur di bawah 1
bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahr
rendah. Diperkirakan setiap tahunnya 400.000 bayi lahir
dengan berat badan rendah (BBLR) (http://www. depkes
RI, Hak-Hak Anak Indonesia Belum Terpenuhi , diakses 1 April 2006 ).
Data yang didapatkan dari profil Dinas
Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2005 jumlah bayi lahir dengan
BBLR sekitar 1.700 per 113.782 kelahiran hidup (1,49%) dan jumlah bayi lahir
yang lahir mati diakibatkan oleh BBLR sekitar 741 per 114.523 kelahiran
(0,65%).
Pada tahun
2005 di Makassar tercatat 135 BBLR per 112,082 bayi lahir hidup (98,65%)
(Profil Kesehatan, 2005).
Dari bagian
pencatatan dan pelaporan Puskesmas Bara-Baraya Makassar Tahun 2005 didapatkan
1.348 jumlah kelahiran hidup dari jumlah kelahiran ini didapatkan 74 bayi yang
mengalami BBLR (0,05%).
Tingginya morbiditas dan mortalitas
neonatus tidak hanya tergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat
kematangan (maturitas) bayi tersebut.
World Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2.500
gram disebut Low Birth Weight Infant (Bayi
Berat Lahir Rendah, BBLR) (Surasmi A. dkk, 2003, hal.23).
Berdasarkan kejadian BBLR yang masih tinggi, maka penulis merasa
tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada Bayi “V” Dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Puskesmas Bara-Baraya
Makassar .
Untuk mendapatkan artikel/KTI lengkap kami silahkan lihat/klik di FORMULIR PEMESANAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar