Rabu, 26 Desember 2012

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT RABIES


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat (SSP)manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%. Penyebabnya adalah virus rabies yang termasuk genus Lyssa virus, famili Rhabdoviridae, Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewanlainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah. Penyakit rabies mempunyai gejala patognomik takut air (hydrophobia), takut sinar matahari ( photophobia), takut suara, dan takut udara (aerophobia). Gejala tersebut disertai dengan air mata berlebihan (hiperlakrimasi), air liur berlebihan (hipersalivasi), timbul kejang bilaada rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat tanda bekas gigitan hewan penular rabies.
Menurut laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia, kasus gigitan rabies ke Indonesia mencapai jumlah 20.926 kasus gigitan per tahun pada tahun 2010 yang terlaporkankepada Dinas-Dinas Kesehatan di seluruh Kabupaten di Indonesia.


  1. Rumusan masalah
a.    Bagaimanakah yang dimaksud dengan penyakit rabies ?
b.    Apa penyebab dari penyakit rabies ?
c.    Bagamaina gejala klinis dan perjalanan penyakit rabies ?
d.    Bagaimana epidemiologi dari penyakit rabies ?
  1. Tujuan penulisan
a.    Untuk mengetahui yang dimaksud dengan penyakit rabies.
b.    Untuk mengetahui penyebab dari penyakit rabies.
c.    Untuk mengetahui gejala klinis dan perjalanan penyakit rabies.
d.    Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit rabies.
e.    Untuk mengetahui penanganan penyakit rabies.
                                                   
                                                   BAB II
PEMBAHASAN
  1. Defenisi
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat. Hewan berdarah panas dan manusia. Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi da disebarkan melalui luka gigitan atau jilatan.
  1. Etiologi
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %,yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama bebarapa tahun.

Gambar 2.1. Gambar Struktur Virus Rabies

Ket: Virus rabies dengan bentuk seperti peluru yang dikelilingi oleh paku-paku glikoprotein. Glikonukleoproteinnya tersusun dari nukleoprotein, phosphorylatedatau phosphoprotein dan polimerase. Diagram melintang ini menunjukkan lapisankonsentrik yaitu amplop dengan membrane ganda, protein m dan digulung dalamRNA.
  1. Gejala Klinis
1.    Pada Hewan
Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium :
a)    Stadium Prodromal
Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan.
b)      Stadium Eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti ketakutan. Hewan mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan tampak ketakutan.
c)    Stadium Paralisis.
Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian. Hewan mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati.


2.    Pada Manusia
Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium.
a)    Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.
b)    Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris.
c)    Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.
d)    Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadangkadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
  1. Patofisiologi
virus rabies masuk kedalam tubuh melalui luka atau kontak langsung dengan selaput mukosa dengan rasio gigitan dan cakaran sebasar 50:1. Virus rabies tidak bisa menemus kulit yang utuh. Virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokolasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler.  Setelah virus menempel pada reseptor nikotinik asetilkolin lalu virus menyebar secara sentripetal melalui serabut saraf motorik dan juga serabut saraf sensorik tipe cepat dengan kecepatan 50 sampai 100mm per hari. Setelah melewati medulla spinalis, virus bereplikasi pada motor neuron dan ganglion sensoris, akhirnya mencapai otak. Kolkisin dapat menghambat secara efektif transport akson tipe cepat tersebut. Virus melekat atau menempel pada dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian secara endositosis virus dimasukkan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ditempati, terjadilah transkripsi dan translasi.
                       
                                                Gambar 2 perjalanan penyakit rabies
            Genom RNA untai direkam oleh polymerase RNA terkait, varion menjadi lima sepsis mRNA. Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang menimbulkan pembentukan RNA keturunan RNA genomic berhubungan dengan transkriptase virus, fosfoprotein dan nukleuprotein. Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru mendapat selubung melalui pertusan yang melalui slaput plasma. Protein matriks virus membentuk lapisa pada sisi dalam seubung. Sementara glikoprotein virus berada pada selaput luar dan membentuk duri. Setelah bagian-bagian sel lengkap, sel virus tadi menyatuh diri kembali dan membentuk virus baru yang menginfeksi inang yang lainnya, kemudian melanjutkan diri bergerak secara sentripetal sebagai sub viral, tanpa nukleoplasmid menuju jaringan otak.
          Setelah melewati medulla spinalis virus akan menginfeksi tegmentum batang otak dan nukleus selebralis batang otak selanjutanya virus akan menyebar ke sel purkinya selebrum, diencephalon, basal ganglia dan akhirnya menunju hipokampus terjadi lebih lambat dengan girus dentatus yang relatif tidak terinfeksi.  Virus rabies tidak bias menginfeksi sel granuler pada girusdentatus yang sebagian besar mengandung reseptor AMPA dan Kinate.


           
                                                Gambar 3 Replikasi dan siklus infeksi virus

Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar kedalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khususterhadap sel-sel sistim limbik, hipotalamus, dan batang otak. Khusus mengenaisystem limbik dimana berfungsi erat dengan pengontrolan dan kepekaan emosi. Akibat dari pengaruh infeksi sel-sel dalam sistem limbic ini, pasien akan mengigit mangsanya tanpa ada provokasi dari luar. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut aferen dan pada serabut saraf volunteer maupun otonom. Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah. Virus rabies menyebar menuju multiorgan melalui neuron otonom dan sensorik terutama melibatkan jalur parasimpatis yang bertanggung jawab atas infeksi pada kelenjar ludah, kulit, jantung, dan organ lain. Replikasi di luar saraf terjadi pada kelenjar ludah, lemak coklat, dan kornea. Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasi bergantung pada latar belakang genetic inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inag, jumlah nokulen, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari titik masuk ke susunan sarf pusat. Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besa.

                            
Gambar 4 Negri body di neuron

Gambar 5 Skema patofisiologi infeksi virus rabies. Nomor pada gambar menunjukkan urutan kejadian
  1. Masa Inkubasi
Masa inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa inkubasi tergantung pada umur pasien, latar belakang genetic, status immune, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu. Masuknya ke susunan saraf pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan ditangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.

  1. Epidemiologi
1.    Berdasarkan Orang
Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies, kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan usia, seks atau ras.
2.    Berdasarkan Tempat
Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada musang, raccoon, serigala dan kelelawar. Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar penghisap darah (vampir), yang menggigit ternak merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika latin. Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah anjing gila.
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
3.    Berdasarkan Waktu
Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim.
  1. Penanganan
1.    Pencegahan
Strategi biaya yang paling efektif untuk mencegah rabies pada orang adalah dengan menghilangkan rabies pada anjing melalui vaksinasi. Vaksinasi hewan (kebanyakan anjing) telah mengurangi jumlah manusia (dan hewan) kasus rabies di beberapa negara, khususnya di Amerika Latin. Namun, kenaikan terbaru dalam kematian rabies pada manusia di beberapa bagian Afrika, Asia dan Amerika Latin menunjukkan bahwa rabies adalah ulang muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius. Mencegah rabies pada manusia melalui kontrol rabies anjing piaraan adalah tujuan yang realistis bagi sebagian besar Afrika dan Asia, dan dibenarkan finansial dengan tabungan masa depan penghentian profilaksis pasca pajanan bagi orang-orang. Kasus zoonosis yaitu penyakit menular dari hewan ke manusia, cara penanganannya dan pencegahannya ditujukan pada hewan penularnya. Pada manusia, vaksin rutin diberikan kepada orang-orang yang pekerja dengan resiko tinggi, seperti dokter hewan, pawang binatang, peneliti khusus hewan dan lainnya.
2.    Pengobatan
Pada hewan tidak ada pengobatan yang efektif, sehingga apabila hasil diagnosa positif rabies, diindikasikan mati/euthanasia. Sedangkan pada manusia dapat dilakukan pengobatan Pasteur, pemberian VAR dan SAR sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP)
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa penyakit Rabies disebabkan oleh virus rabi. Biasanya yang lebih rentan terkena remaja dan anak-anak yang tinggal di daerah dimana anjing lebih banyak dari pada penghuni desa tersebut. Rabies adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan ke manusia dari hewan) yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menginfeksi hewan domestik dan liar, yang menyebar ke orang melalui kontak dekat dengan air liur yang terinfeksi melalui gigitan atau cakaran.
Gejala rabies pada manusia biasanya diawali dengan demam, nyeri kepala, sulit menelan, hipersalivasi, takut air, peka terhadap rangsangan angin dan suara, kemudian diakhiri dengan kematian. Biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi.
B.   Saran
Untuk mencegah penyakit ini dapat kita lakukan vaksinasi terhadap hewan-hewan seperti Anjing, Monyet, Kucing, Musang dll. Dan apabila tergigit oleh hewan tersebut maka kita harus cepat tanggap untuk menetralisir virus tersebut.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

sayangnya ga ada referensi :)

Unknown mengatakan...

sayangnya ga ada referensinya.....?