BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia dimulai
sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki masa
perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi
yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika
zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan
mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah
klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan
telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa
bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada
saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar
kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa
kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya
penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.
Gangguan pertumbuhan janin
ada 2 yaitu makrosmia dan IUGR (PJT). Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8%
pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang. Hal ini perlu menjadi
perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang terjadi akibat PJT. Pada
kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth)
atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa
kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun sang ibu dalam
kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah
yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan
bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat
menekan risiko munculnya PJT.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah yang dimaksud dengan IUGR?
2.
Apakah klasifikasi IUGR?
3.
Apakah penyebab terjadinya IUGR?
4.
Bagaimanakah patofisiologi
IUGR?
5.
Apakah tanda
dan gejala IUGR?
6.
Bagaimanakah cara mendiagnosis IUGR?
7.
Apakah komplikasi yang dapat timbul dari IUGR?
8.
Bagaimanakah penatalaksanaan IUGR?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
Definisi menurut WHO
(1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang
mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang
sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin
Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana
terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan
lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.2
Definisi yang sering
dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat badan dibawah 10 persentil dari
kurva berat badan bayi yang normal). Dalam 5 tahun terakhir, istilah
Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi
Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan
janin terhambat-PJT (Intrauterine Growth Retardation) diartikan sebagai suatu
kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal
pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil
untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT
memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat
kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin
dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula
lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu).
B. KLASIFIKASI IUGR
Klasifikasi IUGR / Pertumbuhan janin
terhambat (PJT) yaitu:
1.
PJT tipe I atau dikenal juga sebagai
tipe simetris. Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu,terjadi gangguan potensi
tubuh janin ntuk memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh
kelainan kromosom atau infeksi janin.prognosisnya buruk.
2.
PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe
asimetris.terjadi pada kehamilan 24-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh
janin untuk memperbesar sel (hipertropi), misalnya pada hipertensi dalam
kehamilan disertai insufisiensi plasenta.
3.
PJT tipe III adalah kelainan diantara dua
tipe diatas. Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu,yaitu gangguan potensi tubuh
kombinasi antara gangguan hiperplasia dan hipertropi sel. Misalnya dapat
terjadi pada malnutrisi ibu,kecanduan obat,atau keracunan.
C.
ETOLOGI
1. Faktor Ibu
a. Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu).
Pada trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi
interstitial dan endotelium trophoblas masuk jauh ke dalam arterioli miometrium
sehingga aliran menjadi tanpa hambatan menuju retroplasenter sirkulasi dengan
tetap. Aliran darah yang terjamin sangat penting artinya untuk tumbuh kembang
janin dengan baik dalam uterus.
Dikemukakan bahwa
jumlah arteri-arterioli yang didestruksi oleh sel trophoblas sekitar 100-150
pada daerah seluas plasenta sehingga cukup untuk menjamin aliran darah tanpa
gangguan pada lumen dan arteri spiralis terbuka.
Gangguan terhadap
jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis dan arteriolinya
dapat menimbulkan keadaan yang bersumber dari gangguan aliran darah dalam
bentuk “iskemia retroplasenter”.
Dengan demikian
dapat terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila gangguan iskemianya besar
dan gangguan tumbuh kembang janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar,
tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan masalah pokok.
b. Kelainan uterus.
Janin yang tumbuh
di luar uterus biasanya mengalami hambatan pertumbuhan.
c. Kehamilan kembar.
Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar
dipersulit oleh pertumbuhan kurang pada salah satu atau kedua janin dibanding
dengan janin tunggal normal. Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10
s/d 50 persen bayi kembar.
d. Ketinggian tempat tinggal
Jika terpajan pada
lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa janin mengalami penurunan
berat badan yang signifikan Janin dari wanita yang tinggal di dataran tinggi
biasanya mempunyai berat badan lebih rendah daripada mereka.
e. Keadaan gizi
Wanita kurus
cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita gemuk cenderung melahirkan
bayi besar. Agar nasib bayi baru lahir menjadi baik, ibu yang kurus memerlukan
kenaikan berat badan yang lebih banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk dalam masa
kehamilan.
Faktor terpenting
pemasukan makanan adalah lebih utama pada jumlah kalori yang dikonsumsi setiap
hari dari pada komposisi dari kalori. Dalam masa hamil wanita keadaan gizinya
baik perlu mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak dari pada sebelum hamil setiap
hari. Penambahan berat badan yang kurang di dalam masa hamil menyebabkan
kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah.
f. Perokok
Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan
melahirkan bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir.
Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1) Wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu
akan kekurangan substrat di dalam darahnya yang bisa dipergunakan oleh janin.
2) Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin
yang menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi
pengurangan jumlah pengaliran darah kedalam uterus dan yang sampai ke dalam
ruang intervillus.
2. Faktor Anak
a. Kelainan congenital
b. Kelainan genetik
c. Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH (toksoplasma,
rubela, sitomegalovirus, dan herpes).
Infeksi intrauterine adalah penyebab lain dari hambatan
pertumbuhan intrauterine.banyaktipe seperti pada infeksi oleh TORCH
(toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) yang bisa
menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari kejadian. Infeksi
AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir bayi
sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena
infeksi itu.
Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan kecepatan
metabolisme pada janin tanpa kompensasi peningkatan transportasi substrat oleh
plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi subnormal atau dismatur.
3. Faktor Plasenta
Penyebab faktor
plasenta dikenal sebagai insufisiensi plasenta. Faktor plasenta dapat
dikembalikan pada faktor ibu, walaupun begitu ada beberapa kelainan plasenta
yang khas seperti tumor plasenta. Sindroma insufisiensi fungsi plasenta umumnya
berkaitan erat dengan aspek morfologi dari plasenta.
Parameter klinik
yang dapat digunakan untuk mendeteksi PJT ketidaksesuaian usia gestasi dengan
besar uterus, laju pertumbuhan terhambat, atau pertambahan berat badan ibu yang
kurang. Kejadian yang terbukti dengan cara ini hanya 10-25%, sehingga perlu
digabung dengan pemeriksaan dan USG Doppler.
a. Manajemen pada kasus preterm dengan pertumbuhan janin
terhambat lakukan pematangan paru dan asupan nutrisi tinggi kalori mudah cerna,
dan banyak istirahat.
b. Pada kehamilan 35 minggu tanpa terlihat pertumbuhan janin
dapat dilakukan pengakhiran kehamilan.
c. Jika terdapat oligohidramnion berat disarankan untuk per
abdominam.
d. Pada kehamilan aterm tergantung kondisi janin jika
memungkinkan dapat dicoba lahir pervaginam.
D.
PATOFISIOLOGI
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal
kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada
binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya
terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada
kehamilan lanjut.
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan
pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan
janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta.
Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut
terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang
diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan
pertumbuhan yang irreversibel.
E.
TANDA DAN GEJALA
1. Uterus dan janin tidak berhasil tumbuh dengan kecepatan
normal selama jangka waktu 4 minggu.
2. Tinggi fundus uteri sedikitnya 2 cm lebih rendah dari
pada yang di perkirakan menurut umur/ lama kehamilan .
3. Berat badan ibu semakin menurun.
4. Gerakan janin semakin berkurang.
5. Volume cairan ketuban menurun.
F.
DIAGNOSIS
1. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi,
penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.
2.
Tinggi Fundus Uteri
Cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik
untuk diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur
yang di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila
pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter
di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai
bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
3.
USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter
biparietal atau cephalometry angka
kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal
maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut
kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak,
khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah
perbandingan antara ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut untuk mendeteksi
adanya asimetris PJT.
4.
Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat
mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri
umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.
G.
KOMPLIKASI
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin.
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung :
1)
Asfiksia
2)
Hipoglikemi
3)
Aspirasi
mekonium
4)
Hipotermi
5)
Perdarahan
pada paru
6)
Polisitemia
7)
Hiperviskositas
sindrom
8)
Gangguan
gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari
lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir
di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk
ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.(5)
2. Ibu
a. Preeklampsi
b. Penyakit jantung
c. Malnutrisi
H.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan antepartum
a. Di lakukan penyelidikan terhadap fungsi plasenta dan kondisi janin.
b. Bila tanda- tanda gawat janin tidak ada, kehamilan di
biarkan berlangsung. Kita harus membiarkan janin mencapai maturitasnya sejauh
mungkin kehamilan di akhiri hanya kalau terdapat tanda- tanda gawat janin.
c. Begitu diagnosis IUGR di buat, kelahiran harus di
rampungkan sebelum 38 minggu. Bayi yang sudah tidak berkembang lagi dalam rahim
akan tumbuh lebih baik dalam bangsal anak.
d. Di upayakan untuk memperbaiki situasi dengan mengoreksi
kelainan yang mendasari seperti hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol
dan meningkatkan aliran darah kedalam uterus dengan mengatur posisi tidur
pasien lebihh banyak berbaring menyamping.
e. Kebanyakan kematian janin di dalam rahim setelah minggu
ke- 36 kehamilan dan sebelum di mulainya persalinan.
2.
Penatalaksanaan
persalinan
Bayi- bayi yang IUGR harus di lahirkan di rumah sakit dengan
fasilitas khusus untuk resiko tinggi, baik obstetrik maupun pediatrick.
a. Serviks matang :
di induksi, monitoring yang cermat dan
kelahiran pervaginam.
b.
Serviks
belum matang : infus oxytocin untuk mematangkan serviks yang di ikuti oleh
pemecahan ketuban secara artificial.
c. Indikasi dilakukannya section caesarea :
1) Gawat janin
2) Induksi gagal
3) Malpresentasi
4) Disproporsi
5) Serviks tidak matang pada pasien- pasien yang penyakitnya
berat seperti diabetes atau toksemia.
6) Bekas section caesarea.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
IUGR (Intra Uterin
Growth Retardation) merupakan ) bayi- bayi yang beratnya di bawah percentile
ke- 10 di bandingkan umur kehamilannya dan bayi- bayi yang beratnya adalah dua deviasi
standar di bawah berat rata- rata untuk umur kehamilannya. Bayi- bayi ini
berukuran kecil tetapi tidak prematur mereka tidak mempunyai permasalahan
seperti yang dihadapi oleh bayi-bayi yang di lahirkan prematur.
B.
SARAN
Agar dapat
mengurangi angka kejadian IUGR, disaran kepada setiap ibu hamil agar lebih
memperhatikan kehamilannya, terutama pada asupan gizinya, istirahat yang cukup
seperti berbaring miring, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta : EGC
Mochtar,
Rustam.1998, Sinopsis Obstetri.
Jakarta.EGC
Prawiroharjo,
Sarwono.2003. IlmuKebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Varney, Helen
Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4
vo1. Jakarta.EGC
Pranoto, Ibnu dkk.
2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar